7/22/2014

Makna Sebuah Titipan




Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya :
Mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian,
Kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
Ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
Dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
Seolah semua”derita” adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
Dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.

By: WS Rendra

“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”..
Sebuah puisi yang luar biasa dari WS Rendra, puisi ini begitu dalam dan mencoba mengingatkan diri saya dan juga temen – temen tentang makna kebahagiaan yang sebenarnya.. Yang semata – mata bukan hanya diukur dari harta benda dan pangkat semata… Memberikan kita sudut pandang yang berbeda mengenai bagaimana seharusnya kita menyikapi segala hal yang terjadi dalam hidup kita, baik itu kebahagiaan, kesengsaraan, penerimaan, penolakan, ketidak adilan, keberhasilan dan kegagalan….
Saya tidak bisa berkata apa - apa mengenai puisi ini kecuali satu hal : Renungkanlah sobat….


0 comments:

Post a Comment