5/10/2011

Asal Mula Guntur / Petir


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitYbSkzlYUOeFaW0lMaFLCNs9WKhVrT2Ebxfwpm_Ykun_7zKiMz9OzMdy0_uaGKI5sc58zCnOGxoq7hVna7Cq2F6zJBVYO0dh9KYmWby_DNw0VUFJc20HJwhHnHwa_Qlvw_Abo3nASC5H7/s1600/thunder_storm.jpg

Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur.

Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala, karena dirinya kalah pandai. Namun, sebagai seorang guru yang bijak, Shie tetap menyayangi kedua muridnya tersebut, tanpa pernah membedakan mereka satu dengan lainnya.

Suatu hari, Guru Shie memanggil mereka dan berkata, “Besok, berikan padaku secawan penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan ku ubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun.”

Mekhala dan Ramasaur tertegun sesaat. Terbayang oleh Ramasaur, dia akan meminta harta dan kemewahan, sehingga dia bisa menjadi orang terkaya di negerinya. Namun, Mekhala malah berpikir keras. Mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam hatinya.

Esoknya, pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air embun selalu tumpah, sebelum dituang ke cawan.

Sebaliknya, Mekhala dengan hati-hati menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperasnya, lalu dimasukannya ke dalam cawan. Hasilnya, sangat menggembirakan. Tak lama kemudian, cawannya telah penuh. Mekhala segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya.

Guru Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti janjinya, Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari. ”Jika kau menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan keningmu. Lalu ucapkan keinginanmu,” ujar Guru Shie.

Mekhala mengerjakan apa yang telah diajarkan gurunya, lalu menyebut keinginannya. Dalam sekejap, Mekhala telah berada di langit biru. Melayang-layang seperti seekor Rajawali. Indah sekali.

Sementara itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil mendapat secawan embun. Hasilnya pun tidak sejernih yang didapat Mekhala. Tergopoh-gopoh Ramasaur menyerahkannya pada Guru Shie.

“Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau akan tetap mendapat hadiah atas jerih payahmu,” kata Guru Shie sambil menyerahkan sebuah kapak sakti. Kapak itu terbuat dari perak. Digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya. Bila kapak itu dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur.

Ternyata Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Dia sangat iri melihat Mekhala yang bisa melayang-layang di angkasa. Ramasaur dengan rasa irinya yang mendalam, segera melemparkan kapak itu ke arah Mekhala.

Tahu ada bahaya mengancam, Mekhala menangkis kapak itu dengan permatanya. Akibatnya, terjadilah benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga saat ini, yaitu berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebutnya dengan “Guntur”.

0 comments:

Post a Comment